Resensi Novel Merantau Ke Deli
1.
Identitas
buku
Judul : Merantau ke Deli
Penulis : Prof. DR (buya) HAMKA
Penerbit : Bulan Bintang 1977
Bahasa : Melayu
Jalan cerita ….
Buku
ini mengisahkan seorang wanita, Poniem yang diselamatkan dari lembah kehinaan
oleh seorang lelaki bujang, Leman. Dia dinobatkan sebagai isteri dalam sebuah
rumahtangga yang bahagia. Poniem begitu setia terhadap suaminya dan berusaha
sedaya upaya untuk membantu dalam segenap urusan rumahtangga dan pekerjaan
suaminya. Walaubagaimanapun ketenangan hidup berumahtangga mereka semakin hari
semakin hilang setelah Leman mulai beroleh kesenangan dari perniagaannya.
Sebagai lelaki yang berasal dari keluarga Minang, dia ditekan oleh keluarga
supaya mengahwini seorang gadis berketurunan sama untuk meneruskan adat dan
budaya.
Lama-kelamaan
Leman termakan pujukan tersebut dan menerima cadangan kaum kerabatnya. Leman
berkahwin lagi dan berjanji kepada Poniem tidak akan mengabaikan kebajikan dan
perasaannya sebagai isteri pertama. Namun tidak berapa lama, janji tinggal
janji. Isteri mudanya jauh lebih pandai menghias diri dan bermanja, malah
mengadu domba supaya Leman lebih mengasihinya. Pergaduhan mula menjadi-jadi
antara dua madu yang tinggal serumah itu. Perniagaan Leman yang selama ini dibantu
Poniem pun hendak dikuasai oleh isteri muda. Leman yang serba-salah pada
mulanya oleh kelakuan kedua-dua isterinya mula memihak kepada isteri muda.
Satu
pergaduhan besar berlaku hingga Leman menceraikan Poniem. Sejak hari itu Poniem
menghilangkan diri. Perniagaan yang dibina Leman bersama Poniem selama ini mula
kerugian, tambahan lagi dengan sikap tamak isteri yang baru. Barulah Leman
menyedari, selama ini dia menumpang kebijakan dan ketekunan Poniem dalam
berniaga. Tapi nasi sudahpun menjadi bubur.
Poniem
akhirnya bertemu jodoh baru yang lebih memahami dan menghargainya, iaitu salah
seorang daripada pekerja terbaik di kedainya dahulu. Mereka membina perniagaan
baru dengan sedikit modal yang ada pada mereka. Perniagaan itu berkembang maju
hingga mereka menjadi senang dan berjaya mengumpul wang untuk membeli rumah dan
tanah.
Sementara
itu Leman dan isteri mudanya dulu semakin hari semakin jatuh miskin. Semua
teman-temannya yang dulu menggeleng kepala melihat keadaannya yang kian hari
kian sukar. Pertemuan kembali Leman dan Poniem benar-benar menginsafkan Leman -
apatah lagi Poniem telah menjadi senang dan mempunyai suami baru yang
menghargainya.
(Kelebihan
& Kekurangan)
·
Kelebihannya
:
-
ceritanya menarik yang mengkisah kan 2
suku yang berbeda yaitu Jawa dan Minang
-
kebiasaan orang Minangkabau masa itu
yang agak menabukan perkawinan antar etnis. Melalui tokoh Leman, Poniem, dan
Mariatun, Hamka ingin memberikan gagasan pemikiran bahwa perkawinan antara
sesama orang Minangkabau tidak selalu baik, dan, sebaliknya, perkawinan antar
etnis, seperti lelaki Minangkabau dan gadis Jawa, tidaklah buruk.
-
menjelajahi sifat manusia yang lebih
menyanjung adat kebudayaan seperti kata pepatah.. Biar mati adat jangan mati
anak.
-
memaparkan kesetiaan isteri bukan saja
pada sikap yang begitu tolenrasi ( adanya poniem ciri ciri wanita Khadijah)
tapi dilupakan oleh sang suami bila sudah dapat isteri barunya.
·
Kekurangannya
:
-
Terletak
pada bahasa yang digunakan. Karena bahasa yang digunakan yaitu antara bahasa
minang-indonesia dan bahasa melayu.
Kesimpulan
:
Amanah yang dapat kita ambil sangat
banyak, misalnya harus mempunyai kesabaran dalam menghadapi persoalan hidup,
menghargai setiap suku-suku di Indonesia dan masih banyak lagi ilmu yang
terkandung di dalamnya.
Novel ini layak dibaca oleh kalangan
anak remaja maupun dewasa, bahkan orang tua sekalipun, dikarenakan ceritanya
menarik.
Unsur Intrinsik & Unsur
Ektrinsik:
1. Tema
:
Merantau
ke Deli ini bertemakan tentang Perbedaan, percintaan, dan
kesetiaan.
2. Tokoh
:
-
Poniem
-
Leman
-
Mariatun
3. Latar
/ Setting : di Deli SumUt , di kantor , pasar dekat kantor, dirumah
4. Amanah
:
Amanah yang dapat kita ambil sangat banyak, misalnya harus
mempunyai kesabaran dalam menghadapi persoalan hidup, menghargai setiap
suku-suku di Indonesia dan masih banyak lagi ilmu yang terkandung di dalamnya.
5. Alur
: alur yang dipake adalah maju mundur.
6. Sudut
Pandang : sudut pandang penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dan
orang ketiga.
7. Gaya
penulisan : dalam novel ini , penulis menggunakan bahasa minang-indonesia dan bahasa melayu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar